Sabtu, 27 April 2013

Cappucino, Frappe, and Black Coffe [Kuis Opening Media Grup Sakata.com]




Kita terbiasa bersama sejak kecil. Kita bukan lagi saling mengenal, kita saling memahami. Kita belajar, tertawa, mengamen, bahkan memaknai kehilangan bersama. Tapi kita sangat berbeda satu sama lain. Edo yang keras kepala dan pemberani, kamu yang baik hati tapi cuek, dan aku yang selalu kalian sebut anak manja.
            “Tapi kau yang paling penyayang di antara kami, Rin. Aku tahu itu saat kau memberikan nasimu pada kakek tua pengemis, padahal kau sendiri kelaparan,” kata Edo suatu kali.
            Aku penyayang? Mungkin karena aku tahu betul bagaimana rasanya sendiri, kehilangan, juga kelaparan. Tapi bukankah kamu dan Edo juga? Ah, pada dasarnya, kita memiliki sisi baik masing-masing.
            “Oi, yang benar saja? Sisi baik katamu, Rin? Kalau kau dan Niko aku masih percaya. Tapi Edo? Dia tidak punya sisi baik sama sekali. Aku tahu kau mencuri di kasku. Ah, aku saja yang sesekali membelikan gorengan kau khianati, apalagi orang lain,” celetuk Mang Is, penjaga WC umum di terminal.

Wajah Edo memerah, menahan marah. Tangannya terkepal erat sampai pias. “Tak usah dipikirkan. Mang Is tidak mengenalmu dengan baik,” ucapku.
            Ya, Mang Is memang tidak mengenal Edo dengan baik. Ia tidak tahu apa-apa. Ia tidak tahu kalau Edo pernah dicambuk hingga nyaris mati karena mengaku mencuri makanan penjaga panti. Mengaku mencuri karena melindungiku.
            Mang Is juga tidak tahu kalau uang yang dicuri Edo dari kasnya, digunakan Edo untuk membelikan jepitan rambut. Jepitan rambut yang selalu kulirik tiap kali kita lewat di toko asesoris itu.
            “Hei, biar ku beri tahu pada kalian. Kalian itu seperti tiga jenis kopi. Rin itu ibarat cappuccino, penyayang dan manis. Niko seperti frappe, dingin namun baik hati,. Dan kau Edo, kau itu kopi hitam yang pahit. Kasar, pemarah, dan suka melawan,” ujar Mang Is.
            Aku dan kamu tertawa. Edo mendengus kesal.
            “Dan kalian betul seperti kopi. Semanis apapun, tetap memiliki sisi pahit,” lanjut Mang Is.
            Baru ku sadari ada koran di sampingnya. Perampokan Kembali Terjadi! Mang Is tahu pelakunya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu :)