Senin, 14 April 2014

Lagi bengong liatin hujan, tiba-tiba...

"Aku punya yang kayak gitu," katanya dengan mata berbinar.

"Oh ya?"

Dia mengangguk, lalu perlahan mendekat. Beberapa saat kemudian, dia sudah duduk persis di sampingku. Tanpa permisi. Tanpa bertanya. Lalu ia mulai mengoceh banyak hal. Masih dengan binar mata yang sama. Kadang aku mendapati diriku tertegun, tenggelam dalam binar mata itu.

"Eh, kita belum kenalan," ucapku sambil mengulurkan tangan.

"Nafi," katanya sambil menyalamiku.



"Yudit," balasku sambil tersenyum, yang juga memancing senyumnya.

Lalu dia kembali sibuk bercerita. Dia mudah saja berpindah dari satu topik ke topik lainnya. Bukan masalah bagiku. Aku menikmati ceritanya. Sesekali aku bertanya dan ia tanpa keberatan satu-satu tanyaku.

Hingga kemudian hujan mereda, sudah waktunya aku beranjak.

"Sampai jumpa," ujarku sambil mengulum senyum.

"Dadah." Dia tersenyum juga, lalu melambaikan tangan mungilnya.

Hujan belum berhenti benar. Gerimis. Namun aku tetap berjalan. Menikmati rinai gerimis. Dalam hati aku bersyukur. Untuk pertemuan ini. Untuk hujan, yang telah menahanku.

Senyum polosnya, binar matanya, tangan mungilnya. Dia.., mereka yang selalu sesuka hati. Mereka yang selalu semaunya, melakukan apapun tanpa peduli. Mengingatkanku bahwa kebahagiaan juga bisa berasal dari hal-hal kecil.

Ah, dia... mereka, selalu tahu bagaimana cara menikmati hidup. Mereka tahu persis bagaimana caranya bersenang-senang. Padahal mengingat detail diri, mereka masih terbata. Teringat sepenggal percakapan tadi..

"Kamu umur berapa?" tanyaku.

"Empat," katanya pasti.

"Jalan enam," ujarnya kemudian.

Aku tertawa kecil. "Jadi yang bener berapa?"

Dia menggeleng. Kali ini aku tertawa lepas. Bocah Kecil, bahkan kau belom bisa mengingat umurmu. Tapi hari ini, tanpa kau sadari, kau sudah memberiku satu pelajaran.

Senang bertemu denganmu, Nafi. See you :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu :)