Jumat, 29 Mei 2015

Sebuah Awal Selalu Menyenangkan

Bukankah begitu?

Saat langkah pertama kita tanpa pegangan, yang lalu disambut riuh seisi rumah.
Kala pertama kali memakai seragam, masuk sekolah, dan bertemu dengan teman baru.
Waktu pertama kali jatuh cinta dan mulai merasa risih berdekatan dengan lawan jenis.

Ingatkah bagaimana rasanya? Deg-degan, tapi begitu excited.

Kalau begitu, bukankah sebuah awal selalu menyenangkan?

Kita menemukan hal baru, mencoba, hingga tahu bagaimana rasanya. Memang kadang kala harus dilalui dengan kesan buruk, tapi selalu mendebarkan -dan debaran itulah yang membuatnya menyenangkan.

Saya ingat pertama kali mengenal jam. Dulu di rumah ada semacam jam mainan. Dasarnya papan hitam, dengan jarum jam merah yang bisa digerakkan sesuka hati. Aunty saya yang mengenalkan penunjuk waktu itu. Ia mengajari bagaimana posisi jarum ketika angka tepat 10.00 atau ketika 10.30 dan bahkan mengajari saya bahwa setiap jarak di antara jam bernilai 5 menit. Saya ingat betul bagaimana perasaan saya waktu itu. Beberapa kali ajaran dan saya akhirnya bisa membaca jam! Bahagianya tentu bukan main.



Ada sebuah kegiatan online  -jika bisa dibilang begitu- yang dilaksanakan setiap jam 11.00 malam di hari-hari tertentu. Kegiatan itu bertajuk #puisimalam yang diadakan oleh salah satu penerbit indie dengan user name @nulisbuku di twitter. Caranya mengikutinya sederhana. Kita hanya perlu menuliskan puisi singkat dengan menggunakan tagar #puisimalam dan me-mention @nulisbuku. Tantangannya adalah puisi yang ditulis harus kurang dari 140 karakter. Nanti admin @nulisbuku akan me-retweet kembali puisi yang dianggap menarik. Maka adalah sebuah penghargaan dan kebanggaan jika puisi kita terpilih untuk di-retweet.

Sebuah awal ketika saya memulai untuk mengikuti #puisimalam ini, dipenuhi dengan rasa percaya diri dan deg-degan. Saya percaya diri bahwa saya memang menulis puisi terbaik, dan saya juga deg-degan menanti -apakah puisi saya juga diakui orang lain. Hasilnya? Tidak ada satupun puisi saya yang di-retweet. Hahaha... sepertinya saya terlalu ke-pede-an. Tapi saya senang, karena saya setidaknya mampu melewati tantangan membuat puisi kurang dari 140 karakter itu.

Saya kemudian mencoba lagi, mencoba lagi, dan mencoba lagi. Hingga akhirnya berbuah manis. Puisi saya akhirnya di-retweet, bukan hanya satu tapi dua. Bukan main senangnya saya. Semenjak saat itu, akhirnya saya sering mengikuti #puisimalam. Terkadang tiada satu pun puisi saya yang bisa menarik hati. Tapi di kala lain, empat puisi saya di-retweet. Lama-kelamaan saya akhirnya mulai keranjingan. Kali ini bukan dengan harapan di-retweet, tapi dengan niatan sebagai media belajar dan bahan evaluasi.

Jika kamu ada waktu dan senang bermain kata, silahkan bergabung dengan #puisi malam. Siapapun boleh ikut dan tidak ada syarat tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu :)