Senin, 01 Juni 2015

#NulisRandom2015 #1 : Sebuah Prolog


"Putri Emma Subagdja!"

Emma tersentak bangun. Astaga, sejak kapan ia tertidur di situ?

"Putri Emma Subagdja!" Namanya dipanggil kembali.

"I, iya," kata Emma patah-patah sambil melangkah ke meja registrasi. Dalam hati ia bertanya-tanya, seperti apa rupanya waktu tertidur tadi. Apakah ia ngiler? Sontak ia memegang wajahnya. Aman.. tidak ada bekas iler, pikirnya.

"Putri Emma Subagdja?" tanya laki-laki berjas almamater di depannya, memastikan.

Emma mengangguk. Lalu menempatkan diri di kursi plastik yang tersedia di depan meja registrasi -yang memisahkan ia dengan laki-laki berjas almamater itu-. Dari tempatnya, ia bisa melihat apa yang sedang dibaca oleh laki-laki itu. Daftar riwayat hidup. Semoga saja laki-laki itu tidak bertanya tentang dirinya, ia sedang malas menjelaskan.

"Saya mengapresiasi proposalmu. Teorinya jelas dan bahan dasar penelitiannya cukup matang. Juga pemilihan topik yang bagus, setahu saya belum banyak penelitian yang mengangkat topik ini. Menarik," ujar laki-laki berjas almamater itu.

Emma memuji dirinya dalam hati. Bangga atas kerja kerasnya sendiri. Ini baru proposal penelitian, tapi ia sudah membaca banyak buku dan menganalisis banyak jurnal bahasa asing yang berkaitan dengan topik penelitiannya.

"Bagus, saya juga tidak menemukan typo di proposalmu. Sepertinya kamu benar-benar mempersiapkannya. Semangat yang harus dipertahankan," komentar laki-laki berjas almamater lagi.

Sekali lagi, Emma memuji dirinya dalam hati.

"Masalahnya hanya satu..."

Deg. Emma langsung memusatkan perhatiannya pada laki-laki berjas almamater itu. Bagaimana mungkin ada masalah? Ia telah membaca proposalnya dengan teliti, berulang kali.

"Masalahnya adalah kamu hanya mencantumkan namamu sendiri. Ini adalah kompetisi antartim. Setidaknya ada dua orang dalam satu tim, tapi bukan satu. Kamu harus mencari anggota tim. Persyaratannya minimal dua orang," jelasnya menuntaskan kalimat sebelumnya yang menggantung.

"Tapi saya mengerjakan ini sendiri."

"Saya tahu dan saya percaya. Tapi memang begitu peraturannya. Ini bukan kompetisi individual, tapi kompetisi tim. Mungkin kamu bisa mengajak teman dekatmu yang setidaknya bisa mengetik, bisa membaca, dan ulet. Kamu hanya perlu mengarahkannya," saran laki-laki berjas almamater itu.

"Saya tidak punya teman," ucap Emma, sejelasnya.

"Kamu tidak harus mencari yang pintar. Cukup jika ia mau menerima dan melakukan arahanmu," ujar laki-laki berjas almamater itu, sepertinya tidak mendengarkan Emma.

"Saya tidak punya teman," ulang Emma. Kali ini dengan intonasi suara yang lebih tinggi.

Emma bisa melihat kebingungan di wajah laki-laki itu.

"Bagaimana mungkin kamu tidak punya teman? Kamu pasti punya satu dua orang yang..."

"Saya tidak punya teman," tandas Emma memutus kalimat laki-laki berjas almamater itu.

Laki-laki berjas almamater itu hanya mengernyit saat memandanginya.


*****
#NulisRandom2015 adalah sebuah ajakan untuk menulis bersama secara konsisten selama satu bulan penuh, yang dipelopori oleh @byotenega.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi NulisRandom2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu :)