Kamis, 04 Juni 2015

#NulisRandom2015 #4 : Sesuatu dari Masa Lalu

Cerita sebelumnya di #NulisRandom2015 #3 : Selamat Pagi

*****

Bel panjang kedua hari ini baru saja berbunyi, tapi Emma tetap duduk di bangkunya. Tidak seperti teman-teman sekelasnya yang langsung berhamburan keluar, membuat Ibu Eva -guru matematikanya- hanya bisa geleng-geleng kepala. Sepertinya percuma memarahi anak-anak, mereka tidak akan mendengarkan karena kepala mereka sudah dipenuhi berbagai jajanan kantin, bermacam model mainan yang dijual abang bersepeda, atau mungkin permainan yang akan dimainkan di lapangan besar. Sehingga gurunya itu hanya memandang sebentar, lalu sibuk membereskan barangnya, dan pergi. Ke ruang guru atau mungkin ke kantin, mengisi perut.

Suasana kelas menjadi hening seketika. Tapi meski begitu, keriuhan teman-temannya masih bisa samar terdengar. Emma sedang mengerjakan PR Matematika yang tadi diberikan Ibu Eva. Ya, PR alias pekerjaan rumah. Tapi ia memilih mengerjakannya di sekolah. Biar nanti di rumah bisa main sepuasnya, pikirnya. Karena menurut Emma, main di rumah lebih seru, lebih puas karena waktunya lebih lama.

"Emma, aku mau ke kantin. Mau titip sesuatu?" 

"Tolong belikan nasi kuning dan bakwannya dua, sambalnya yang banyak ya. Terima kasih," jawab Emma sambil memberikan uang seribu sebanyak dua lembar.

Aini -teman sebangku Emma- menerima uang itu lalu segera berlari ke kantin. Ia memang begitu, selalu bersemangat melakukan sesuatu. Apapun itu. Bahkan waktu melihat cacing temuan anak cowok pun ia bersemangat. Emma keheranan, padahal Emma sendiri sudah berkeringat dingin sakit takutnya cacing itu akan mendekatinya. Mungkin terdengar menggelikan, tapi di pikiran anak delapan tahun itu sama sekali tidak menggelikan.

Emma sampai di soal terakhir. Rupanya soal itu agak sulit dibandingkan soal sebelumnya, sehingga ia membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menyelesaikannya. Tepat ketika Emma menuliskan jawaban soalnya, Aini kembali ke kelas.

"Ini pesananmu. Aku ditegur karena ketahuan mengambil sambal terlalu banyak," kata Aini enteng. Semua maklum, penjaga kantin mereka memang agak sedikit... galak.

Kedua teman sebangku itu akhirnya makan bersama. Emma dengan nasi kuning, bakwan, dan sambalnya. Aini dengan nasi goreng tanpa sambal. Awalnya, Aini suka bergidik setiap kali melihat Emma makan. Karena Emma selalu makan dengan sambal yang banyak, membuat Aini seperti merasa sakit perut. Hanya seperti merasa sakit perut, tidak benar-benar merasa sakit. Tapi sekarang tidak lagi, ia sudah terbiasa.

Aini sedang makan dengan lahapnya ketika ia teringat sesuatu. Sesuatu yang sangat penting dan harus ia sampaikan kepada Emma. Ia bahkan tidak sabar ingin mengatakannya saat apel pagi tadi. Tapi ia terlampau takut kalau-kalau ketahuan mengobrol dan disuruh maju oleh guru piket.

Saking bersemangatnya ingin bercerita, Aini sampai tersedak.

"Uhuk uhuk uhuk."

"Makanya pelan-pelan saja makannya. Nggak usah kayak kesetanan gitu," kata Emma sambil menahan geli melihat muka Aini saat tersedak.

"Ada... yang... mau.. aku.. ceritakan," ujar Aini terbata-bata.

"Tentang apa?"

"Tentang kamu," jawab Aini mantap. 

Emma menatap Aini penuh tanda tanya. Ada apa?

"Ada yang mau aku ceritakan. Tapi ini rahasia. Jangan bilang siapa-siapa kalau aku yang memberitahumu. Mama bahkan melarangku, tapi aku harus memberitahumu. Janji tidak bilang siapa-siapa?" ucap Aini yang kemudian menjulurkan kelingkingnya.

"Janji," balas Emma yang kemudian mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Emma.

"Kata Mama, kamu sebenarnya adalah anak angkat."

Begitu saja dan Emma merasakan langit tiba-tiba runtuh menimpanya. Kalimat itu terus dan terus terngiang di kepalanya.

*

Emma tiba-tiba terbangun dari mimpinya. Mimpi buruknya. Badannya gemetaran, mungkin saking takutnya ia terhadap mimpi itu. Degup jantungnya terlalu keras berdetak, dengan irama tak beraturan. Rasanya jantungnya akan melompat dari tubuhnya jika ia tak segera bangun tadi. Keringat dingin sudah membanjiri tubuhnya dan membuat piyama serta sepreinya kuyup.

Emma menutup wajah dengan tangannya, sambil berusaha menentramkan degup jantungnya. Ya Tuhan, kenapa mimpi itu muncul lagi?

Emma melirik jam di layar telpon genggamnya. 08.10 AM. Masih lama dari jadwal kuliahnya, tapi ia memutuskan untuk bangun dan segera mandi. Jika ia tidur lagi, ia khawatir -lebih tepatnya takut- jika mimpi tadi datang kembali. Cukup. Ia tidak mau mengingatnya. Emma akhirnya berjalan gontai ke kamar mandi. Saat hendak masuk kamar mandi, pintu kosannya diketuk.


*****
#NulisRandom2015 adalah sebuah ajakan untuk menulis bersama secara konsisten selama satu bulan penuh, yang dipelopori oleh @byotenega.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi NulisRandom2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu :)