Selasa, 02 Juni 2015

#NulisRandom2015 #2 : Kebingungan Pertama


Silahkan membaca bagian awal cerita ini di #NulisRandom2015 #1 : Sebuah Prolog

*****

Mahesa Bagaskara masih bergumul dengan berkas-berkasnya ketika nasi goreng pesanannya tiba. Perutnya langsung bereaksi karenanya, menyenandungkan jerit kelaparan. Alih-alih mulai menyantap nasi gorengnya, ia malah semakin memfokuskan diri pada berkas-berkas di depannya. Ia harus menyelesaikan semuanya malam ini, tidak bisa besok. Sebab besok akan ada berkas-berkas lainnya yang akan berdatangan. Begitu pula besoknya dan besoknya lagi. Lima hari berturut-turut dan lima puluh berkas di setiap satu harinya. Total ada dua ratus lima puluh berkas. Fiuh! Angka yang cukup fantastis. Sebelumnya malah lebih banyak lagi. Ada tiga ratusan yang mendaftar dan timnya meloloskan dua ratus lima puluh saja. Sisanya kebanyakan gugur karena masalah sepele; tidak menyertakan foto, tidak melampirkan transkip nilai terakhir, atau tidak memberikan surat pengantar dari fakultas. Memang sepele, tapi baginya penting. Bagian-bagian sepele itu justru menunjukkan seberapa serius seseorang terhadap apa yang dilakukannya.

Ia akhirnya mendesah. Bukan karena jenuh atau lelah dengan berkas-berkas itu. Tapi karena perutnya yang tidak bisa diam.

Tidak bisakah bersabar sedikit lagi? Hanya tinggal beberapa, gerutunya.

Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Rama, teman sekaligus bawahannya, melongokkan kepalanya.

"Masih nyunting, Gas?" tanya Rama begitu melihat berkas-berkas di meja Bagas.

Bagas menyahut dengan enggan.

"Ya udah semangat, Bro. Gue pulang duluan ya," pamit Rama.

"Hati-hati di jalan," kata Bagas, kali ini tanpa melihat ke arah Rama.

"Gue juga pulang ya. Ya ampun, itu nasi gorengnya dimakan dulu. Baru lanjut lagi," suara cempreng seorang gadis mengingatkan. Suara Atira, salah satu bawahannya juga.

"Iya, dikit lagi kok. Hati-hati kalian," jawab Bagas singkat.

Pintu tertutup dan ruangan kembali hening. Bagas kembali memfokuskan diri pada berkas-berkas lagi. Tapi gagal. Suara perutnya terlalu berisik. Membuatnya susah berkonsentrasi.

Bagas baru saja ingin meraih nasi gorengnya, ketika namanya tertumbuk pada satu nama. Putri Emma Subagdja. Ah, dia gadis yang aneh.

Ketika memeriksa kelengkapan berkas tadi siang, ia terheran-heran dengan nama penulisnya. Bukan karena apa-apa, tapi karena di situ hanya tertulis satu nama. Waktu itu ia menggerutu. Bagaimana mungkin berkas ini lolos seleksi padahal penulisnya hanya satu orang? Padahal jelas-jelas ini adalah kompetisi tim, bukan individual. Seharusnya berkas ini tidak lolos seleksi awal. Bagas sedang menyusun kata-kata penolakan di kepalanya saat ia melihat judul proposal penelitian di berkas itu.

DEATH ANXIETY  PADA LANSIA YANG TINGGAL DENGAN KELUARGANYA DAN YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO. Menarik.

Bagas meneliti proposal itu. Ia membaca keseluruhan proposal dengan teliti dan serius. Ia langsung terpukau dengan latar belakang proposal itu. Padat, kalimatnya tersusun bagus, dan kaya akan ilmu pengetahuan. Penulisnya pasti cerdas. Akhirnya ia mengurungkan penolakannya. Proposal penelitian ini patut diberi kesempatan.

Ia membaca nama penulisnya dalam hati, sebelum kemudian menyuarakannya. Panggilan pertama, tidak ada respon. Beberapa orang yang sedang menunggu, tidak menunjukkan gelagat akan berdiri dan menghampirinya.

Sekali lagi dipanggilnya nama itu. Seorang gadis berkata dengan patah-patah dan langsung menuju tempatnya. Bagas langsung menganalisa gadis itu. Laku yang kalem dan sorot mata yang tajam. Sepertinya gadis ini senang memperhatikan, tebaknya.

"Putri Emma Subagdja?" tanya Bagas, untuk memastikan.

Gadis itu mengangguk. Lalu ia menempatkan diri di kursi plastik yang tersedia di depan meja registrasi -yang memisahkan ia dengan gadis itu-. Bagas membaca daftar riwayat hidup gadis itu. Wow, mantan Ketua OSIS, serunya dalam hati.

"Saya mengapresiasi proposalmu. Teorinya jelas dan bahan dasar penelitiannya cukup matang. Juga pemilihan topik yang bagus, setahu saya belum banyak penelitian yang mengangkat topik ini. Menarik," ujar Bagas, sejujurnya.

Sekilas, Bagas melihat senyum samar di wajah gadis itu.

"Bagus, saya juga tidak menemukan typo di proposalmu. Sepertinya kamu benar-benar mempersiapkannya. Semangat yang harus dipertahankan," komentar Bagas kemudian.

Senyum samar itu lagi.

"Masalahnya hanya satu..." kata Bagas menggantung.

Gadis itu langsung menatapnya, begitu serius.

"Masalahnya adalah kamu hanya mencantumkan namamu sendiri. Ini adalah kompetisi antartim. Setidaknya ada dua orang dalam satu tim, tapi bukan satu. Kamu harus mencari anggota tim. Persyaratannya minimal dua orang," jelas Bagas menuntaskan kalimatnya.

"Tapi saya mengerjakan ini sendiri," ucap gadis itu. Ada cemas dalam suaranya.

"Saya tahu dan saya percaya. Tapi memang begitu peraturannya. Ini bukan kompetisi individual, tapi kompetisi tim. Mungkin kamu bisa mengajak teman dekatmu yang setidaknya bisa mengetik, bisa membaca, dan ulet. Kamu hanya perlu mengarahkannya," saran Bagas. Sebab sayang sekali tulisan sebagus ini gagal hanya karena penulisnya cuma satu orang.

Gadis itu mengatakan sesuatu. Tapi Bagas tidak terlalu memperhatikan. Matanya sedang sibuk membaca satu per satu prestasi gadis di depannya.

"Kamu tidak harus mencari yang pintar. Cukup jika ia mau menerima dan melakukan arahanmu," ujar Bagas.

"Saya tidak punya teman," kata gadis itu dengan intonasi suara yang agak tinggi.

Sontak, Bagas memandang gadis itu dengan kebingungan.

"Bagaimana mungkin kamu tidak punya teman? Kamu pasti punya satu dua orang yang..."

"Saya tidak punya teman," tandas gadis itu segera. Bagas bahkan belum menyelesaikan kalimatnya.

Sekali lagi, Bagas hanya memandang dengan kebingungan.

*

Gigitan nyamuk di lengannya yang tiba-tiba, membuyarkan lamunan Bagas. Ia kemudian mengelus lengan bekas gigitan nyamuk yang mulai terasa gatal. Diraihnya kotak nasi goreng yang telah mendingin itu, lalu perlahan dilahapnya. Ia mengunyah sambil bertanya-tanya tentang gadis yang ditemuinya tadi siang. Apa yang telah terjadi pada gadis itu sampai ia berpikir tidak memiliki teman? Bagaimana mungkin seseorang tidak memiliki teman sama sekali? Gadis itu benar-benar aneh.



*****
#NulisRandom2015 adalah sebuah ajakan untuk menulis bersama secara konsisten selama satu bulan penuh, yang dipelopori oleh @byotenega.Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi NulisRandom2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada kesan tanpa komentarmu :)